Kisah Malala Melawan Terorisme
Menjaga perdamaian adalah kewajiban seluruh manusia di muka bumi. Tidak terkecuali seorang anak sekalipun. Meskipun sebagian besar dari mereka tidak paham mengapa orang dewasa harus berperang dan melakukan hal negative lain, banyak anak muda yang ternyata menjadi pionir dari sebuah perdamaian. Umur tidak bisa menjadi penentu kedewasaan seseorang. Umur juga bukan menjadi acuan kemampuan seseorang memberikan kontribusi pada masyarakat. Karena faktanya, banyak anak-anak pemberani yang hidup di area perang justru muncul menjadi sosok seorang pahlawan.
Malala Yousafzai. Seorang anak kelahiran Pakistan 12 Juli 1997 yang lalu. Malala adalah peraih nobel perdamaian dunia tahun 2014. Kisahnya cukup panjang dan cukup berliku untuk anak muda seusianya. Jika anak beruntung lain masih bisa pergi ke mall dan bermain game. Tidak dengan Malala.
Mendirikan Yayasan Kemanusiaan Sejak Usia 12 Tahun
Hidup di daerah rawan konflik memaksa Malala melihat banyak kejadian tidak mengenakkan. Dia harus melihat penindasan dan juga ketidak adilan. Perempuan bahkan tidak diperbolehkan untuk menuntut ilmu. Kondisi inilah yang membuat Malala kecil sudah berani mendirikan sebuah yayasan kemanusiaan. Yayayan ini diberi anma Malala Fund. Melalui yayasan ini Malala mampu mengunjungi anak-anak yang menjadi korban ketidak adilan dan juga peperangan. Malala juga aktif menyerukan anti kekerasan dalam blognya. Dia mengajak seluruh warga bersatu dan melawan segala jenis tindakan kekerasan dan tindakan terorisme
Mengunjungi Nigeria di hari ulang tahunya
Sweet seventeen seseorang lazim dirayakan dengan sebuah pesta. Tapi Malala merayakanya dengan mengunjungi Nigeria. Malala bertemu dengan Goodluck Jonathan presiden Nigeria. Malala memberi semangat pada 200 keluarga yang anaknya menjadi korban dari penculikan Boko Haram.
Lembah Surga yang menjadi Lembah Neraka
Lembah Swat dimana Malala berasal dulunya disebut dengan lembah surge. Kedamaian dan keindahan alam di lembah itu membuat banyak orang hidup dalam kedamaian. Sebelum kelompok terrorist Taliban datang dan melarang anak-anak perempuan untuk pergi ke sekolah. Ratusan sekolah dihancurkan. Namun Malala tidak hanya tinggal diam melihat haknya dan hak-hak temanya di rebut. Melalui sebuah blog Malala menceritakan dan terus menggugah banyak orang ketidak adilan yang warga Swat alami.
Malala Ditembak Di Kepala
Mungkin, dari sepanjang sejarah perjuangan Malala, tragedy penembakan adalah tragedy yang tidak akan pernah dia lupakan. 9 Oktober 2012. Malala dan beberapa temannya baru saja menaiki sebuah truk yang akan mengantar mereka pulang. “Mana yang namanya Malala?” Hanya itulah kalimat yang dia dengar sebelum Malala tidak sadarkan diri. Malala telah ditembak tepat di sebelah kiri mata dan juga lehernya. Namun, keajaiban terjadi. Malala dan satu temannya yang terkena tembakan selamat.
Baca : Tim Intelejen Terbaik di dunia
Malala Menerima Nobel Pada Tahun 2014
Malala menerima Nobel pada tahun 2014 setelah sebelumnya pernah berbicara di sebuah acara PBB. Dalam pidatonya dia menyerukan bagaimana pendidikan adalah hak seluruh anak. Tidak pernah ada perbedaan antara perempuan dan laki-laki dalam menuntut ilmu. Dia juga menyerukan bahwa perang hanya membawa banyak kerugian. Dia juga dengan lantang mengatakan bahwa perempuan harus mandiri dan mempertahankan seluruh hak pendidikanya.
Baca : Menangkal Radikalisme dengan pendidikan