Pahlawan Indonesia Yang Masih Berjuang
Jaman sekarang, namanya pahlawan enggak perlu lagi bawa bambu runcing. Enggak perlu mengatur strategi menyerang atau bertahan. Dan yang jelas enggak melawan para penjajah. Namun, tidak berarti pahlawan di era modern menghadapi musuh yang lebih mudah. Justru, pahlawan sekarang sedang menghadapi bangsanya sendiri. Menghadapi kebodohan, menghadapi serakah dan menghadapi iming-iming kekuasaan.
Cukup berat ya? Apakah masih ada orang-orang yang mau mengorbankan dirinya demi kebahagian banyak orang? Masih lah! Lima orang dibawah ini patut menjadi pahlawan Indonesia di tahun 2015. Pribadinya patut diacungi jempol. Perjuanganya pantas menjadi inspirasi. Siapa sajakah mereka?
Miswan Edi Santoso
Namanya dikenal sebagai “ Penghadir cahaya di Kayong Utara”. Warga asli Kayong utara Kalimantan Barat ini tidak berpangku tangan saat listrik masih menjadi barang langka di daerahnya. Setiap hari, dia dan warga lain masih berjibaku dengan pemadaman bergilir di 14 kabupaten. Jadi tidak heran, daerah Kayong belum mempunyai industry yang bergeliat. Listrik untuk kehidupan sehari hari saja mereka masih kesusahan. Alhasil, Pak Miswan atau yang biasa disapa Poltak, bersusah payah membuat listrik bertenaga air (MikroHidro).
Eva Susanti Bande
Para perempuan juga tidak mau kalah. Masih banyak perempuan Indonesia yang melanjutkan perjuangan Ibu Kartini. Salah satunya adalah Eva Susanti Bande. Perempuan yang berasal dari Luwuk, Sulawesi Tengah ini menjadi aktifis hukum dan lingkungan. Dia memperjuangkan hak agraria para petani yang dirampas oleh para pemilik modal.
Pak Nari
Walaupun sudah terbilang “sepuh” (jawa: Tua). Pak Nari adalah sosok yang sangat memegang teguh kebudayan. Khususnya kebudayaan Takepan. Takepan adalah naskah kuno berbahasa Jawa Madya yang ditulis di atas daun lontar. Pak Nari rela berjalan jauh demi melestarikan takepan. Beliau juga mengajarkan takepan pada anak-anak kecil dengan gratis.
Aiptu Nanik Yulianti
Penolong Kaum Terpasung
Seorang anggota polwan di Polresta Nganjuk, Jawa Timur, gemar melakukan aksi sosial kepada masyarakat yang tidak mampu. Meski sering dicemooh karena dianggap cari muka, polwan satu ini tidak pantang mundur. Puluhan penderita gangguan jiwa terpasung dibebaskan, begitu juga penderita tumor dan kanker yang tidak mempunyai biaya. Adalah Aiptu Nanik Yuliani, salah satu anggota polwan Polsek Warujayeng. Dia berbeda dengan anggota polisi lainnya. Selain menjalankan tugasnya sebagai Babinkamtibmas, janda tiga anak ini di sela-sela menjalankan tugasnya sebagai anggota polisi, juga menjenguk warganya tersebut atau jika diperlukan mengantar mereka ke puskesmas atau rumah sakit setempat hingga keluar kota agar mendapat penanganan medis. Sudah banyak penderita gangguan jiwa di Kabupaten Nganjuk yang sebelumnya hidup terpasung, kini bisa sembuh setelah dibawa berobat gratis di rumah sakit.
Yusraneti
Perempuan asal sumbawa Nusa Tenggara Barat. Yunaeti adalah pahlawan bagi para tenaga kerja wanita. Aksinya dimulai atas keprihatinanya kepada banyaknya TKW yang mengalami ketidak adilan. Yusraneti memberikan pendampingan sekaligus menkoarkan semangat untuk mandiri. Beliau memberikan pelatihan seperti memasak dan menjahit agar para wanita ini tidak perlu menjadi seorang tenaga kerja di negara lain.
Yap, orang-orang diatas adalah lima dari sedikit orang yang masih mau berkorban untuk orang lain. Kita sering lupa dan terbawa dengan keegoisan diri sendiri. Kita sibuk mengejar apa yang kita inginkan tanpa perduli sebenarnya kita masih mampu membantu orang lain. Karena, Indonesia bukan lagi membutuhkan pahlawan yang pandai mengangkat senjata. Tapi Indonesia butuh orang-orang yang cerdas mengisi kemerdekaan.