Trend Traveling dan Industri Hospitality di Tahun 2016
Memasuki tahun 2016, trend traveling kian meroket dan menjangkau semua kalangan. Traveling yang dulunya merupakan kebutuhan tersier lambat laun menjelma sebagai kebutuhan primer semua orang. Tentu saja ada banyak faktor yang mempengaruhi. Bisa jadi, popularitas berbagai tempat wisata mulai dapat diakses dengan mudah. Selain itu, meningkatnya taraf ekonomi berbagai negara termasuk Indonesia membuat traveling bukan lagi hal yang mustahil.
Berubahnya status traveling dari kebutuhan tersier menjadi kebutuhan primer juga berimbas pada trend hospitality. Sektor ini semakin dilirik banyak infestor. Oke mari kita teliti hal apa saja yang membuat hospitality menjadi sektor paling diincar sekarang.
Global Hospitality revenue mencapai $550 milyar di tahun 2016 dari $457 milyar tahun lalu
Naiknya nilai revenue merupakan bukti yang tak terbantahkan bahwa semua orang menyukai travelling. Hotel berbintang bukan lagi menjadi tempat yang terlalu sulit untuk disinggahi. Restaurant dan café dengan berbagai konsep juga terlihat tidak pernah sepi. Jasa transportasi juga tidak hentinya-hentinya memberikan promo. 3 Hal tersebut sudah mampu menafsirkan bagaimana bisnis di bidang hospitality kian sengit dan menjanjikan.
Bisnis Hospitality berada dalam demand yang tinggi namun masih mempunyai talent gap
Apa yang dimaksud dengan talent gap dalam dunia hospitality? Talent gap dapat diartikan sebagai kurangnya sumber daya manusia dibandingkan dengan demand yang ada. Istilahnya, 1000 orang sedang ingin bermalam dalam sebuah hotel. Namun, hanya ada 100 orang yang bisa melayani. Talent gap ini paling terlihat di level-level managerial. Dimana, dunia hospitality sangat kekurangan orang-orang ahli dan kreatif. Itu mengapa jurusan hospitality di berbagai institusi terkemuka dunia mulai kebanjiran mahasiswa. Perguruan tinggi seperti Glion dan Les Roches di Switzerland bahkan harus melakukan screaning ketat pada calon mahasiswa barunya. Mereka yang memilih jurusan ini dianggap sangat beruntung. Ya, alasanya jelas. Prospek masa depan yang diberikan sangat jelas dengan rival yang belum terlampau banyak.
Dunia Hospitality juga masih membutuhkan para Human Resource Manager
Kurangnya tenaga professional dalam dunia hospitality berkaitan dengan posisi human resource. Sampai sekarang, kebutuhan seorang human resource development yang juga memahami hospitality sangatlah tinggi. Itu juga yang menjadi alasan, sekolah-sekolah hospitality juga mempunyai program pendidikan human resource development. Bahkan lulusan HR di sekolah hospitality dianggap lebih cakap dalam memaintance performa kerja karyawan lain.
Dunia Hospitality juga mulai terpengaruh oleh keganasan teknologi informasi
Percaya atau tidak, 50% traveller pergi ke sebuah tempat yang menjadi tranding topic di internet. Sebagian besar dari mereka juga melakukan booking hotel melalui aplikasi. Hotel yang mempunyai aplikasi booking dan e-menu sendiri justru adalah hotel yang paling dicari. Dari hal ini tentu saja pelaku bisnis mulai sadar bahwa kemampuan dalam digital marketing sangat dibutuhkan. Namun, belum semua sekolah hospitality memasukkan digital marketing dalam kurikulum yang mereka miliki. Hanya Les Roches di Switzerlandlah yang paham dan mulai melibatkan materi ini sejak beberapa tahun yang lalu.