Apakah kamu sudah layak kuliah keluar negeri?
Siapasih yang nggak ingin dapet kesempatan kuliah? Apa lagi kuliah keluar negeri. Rasa-rasanya bisa kuliah saja masih menjadi impian jutaan kepala. Setiap tahunnya ada ribuan anak yang mendaftarkan diri untuk memperoleh beasiswa. Di tahun yang sama, ratusan anak Indonesia berebut bangku universitas terkemuka dunia dengan biaya pribadi. Pertanyaannya adalah apakah hanya karena kamu pintar kamu layak mendapatkan beasiswa. Ataukah hanya karena orang tua mu kaya raya kamu bisa kuliah di luar negara?
1. Pastikan dulu tujuanmu kuliah ke luar negeri
Dari berbagai motif yang ada, yang manakah yang menjadi motifmu. Apakah hanya sekedar gengsi dan kesempatan jalan-jalan?. Bisa foto di landmark negara dan posting di IG agar kamu jadi yang paling ngeksis. Jika niatanmu masih blur, disarankan untuk mengurungkannya saja. Kenapa? Belajar di luar negeri bukan lagi sebuah keberuntungan, melainkan sebuah tanggung jawab. Ada beban yang harus kau pikul bersamaan dengan segala kesempatan yang kau raih. Diantaranya adalah tanggung jawabmu pada keluarga. Dan yang paling krusial adalah tanggung jawabmu pada negara. Kamu telah memperoleh banyak hal yang tidak bisa kamu peroleh disini. Tugas besar mu adalah pergi untuk kembali. Kembali untuk membangun bangsa dengan semua kecakapan yang kau punya.
2. Apakah kamu sudah 100% siap?
Pergi merantau memperlukan banyak perjuangan. Awalnya, kamu akan bebas karena tidak akan ada lagi yang mengomelimu jika kamu pulang terlambat. Tidak perlu repot-repot izin jika ingin pergi shooping atau melancong. Tapi percayalah, kebebasan ini tidak sepenuhnya menyenangkan. Akan ada titik dimana kamu akan sangat merindukan semua omelan papa atau mama mu. Pikirkan kembali! Kamu harus siap jauh dari rumah. Harus mau mandiri dan bertekad kuat. “Aku ingin kuliah ke luar negeri tapi....” Jika tapi itu masih ada, maka kamu belum 100% niat.
3. Apa kamu sudah latihan survive?
Seorang ayah yang ditemui Vista di Bali beberapa waktu yang lalu, menceritakan perjuangan anaknya di Aussie. Beliau bilang, putrinya harus mau kerja part time meskipun sejak lahir dia tidak pernah hidup susah. Ternyata ayah ini ingin mengajarkan apa itu kemandirian dan apa itu perjuangan dari nol. Meskipun berasal dari keluarga berada, Beliau sengaja mengharuskan putrinya memperoleh pengalaman hidup dari bekerja. Kerja part time, berhemat dan pintar-pintar mengelola uang adalah tantangan mu yang kedua. Anggap saja ini akan membantumu survive di negeri orang. Toh juga kamu bisa bantu orang tua juga kan.
4. Sudah lengkap kah admission nya?
Beberapa kali postingan lucu muncul di group beasiswa sebuah jejaring sosial. Beberapa orang menanyakan “ Apakah ada beasiswa yang mudah dan persyaratanya gak ribet?”. Hah, sebelum mempunyai pikiran untuk kuliah keluar negeri, akan lebih baik jika mereka mau berusaha “sengsara” lebih dulu. Persyaratannya memang tidak mudah. Kamu harus mempunyai nilai yang briliant untuk mendapatkan beasiswa. Kamu juga harus mempunyai sertifikat TOEFL/ IELTS untuk admission Bahasa Inggris. Kalau belum bisa Bahasa Inggris? Ya les dulu. Tidak ada hasil yang mengkhianati usaha.
Terlepas dari beasiswa atau biaya sendiri, kuliah di luar negeri membutuhkan persiapan yang jauh lebih matang. Jangan ragu untuk berkonsultasi dengan yang berpengalaman dan sering-sering update informasi. Setelah semua perjuangan panjang itu, datanglah kembali ke Indonesia dengan semangat baru. Bangun bangsa dengan semua ilmu yang kamu peroleh. Sebarkan semua budaya postif dan jadikan negara ini jauh lebih baik.